Skip to main content
Ilustrasi Anak Kecil Belajar Al Quran. Sumber: aleqt.com

Sekilas Tentang Cara Belajar Baca Al-Qur'an Dengan Metode Tartili

Metode Tartili telah membantu ribuan siswa belajar Al-Qur'an dengan cepat dan tepat. Diterapkan di 850+ lembaga, metode ini dirancang untuk semua usia dengan 4 jilid yang mudah dipahami. Yuk, pelajari lebih lanjut! 📖

 

DAFTAR ISI

1. Apa Pengertian dari Tartili?

Tartili berasal dari kata tartiilan (ترتيلا) yang berarti pelan atau kalem (dalam bahasa Jawa). Secara istilah, tartil berarti membaca Al-Qur’an dengan pelan namun tetap memperhatikan makhraj, sifat, serta tajwid dari huruf-hurufnya 📖✨.

 

Baca Juga: Pesantren Tahfidz Untuk Usia SMP/SMA Program 3 Tahun Mutqin 30 Juz

 

2. Bagaimanakah Konsep Pembelajaran Tartili?

Metode Tartili terdiri dari 55 halaman dalam 4 jilid. Setiap jilid memiliki fokus pembelajaran yang berbeda, di antaranya:

Jilid Satu

1.1 Pengenalan Huruf Hijaiyah (28 huruf)

  • Halaman 1: Huruf alif-ya’ (أ-ي) disertai pengenalan kharakat fathah.
  • Halaman 43: Pengenalan kharakat kasrah.
  • Halaman 49: Pengenalan kharakat dlomah.

Jilid Dua

2.1 Membaca Huruf Sambung

  • Halaman 1-11: Huruf alif-ya’
  • Halaman 12: Pengenalan fathah tanwin (kharakat dobel)
  • Halaman 17: Pengenalan kasrah tanwin
  • Halaman 22: Pengenalan dlomah tanwin

2.2 Membaca Panjang Pendek (Dua Ketukan)

  • Halaman 30: Fathah diikuti alif
  • Halaman 35: Fathah berdiri
  • Halaman 39: Kasrah diikuti ya’ sukun (mati)
  • Halaman 43: Dlomah diikuti wawu sukun (mati)
  • Halaman 48: Kasrah berdiri, dlomah terbalik

Jilid Tiga

3.1 Membaca Huruf Sukun (Mati)

  • Halaman 1: Alif – ya’
  • Halaman 6 & 10: Alif lam (al ta’rif)
  • Halaman 13: Fathah diikuti ya’ sukun (huruf layn)
  • Halaman 16: Fathah diikuti wawu sukun

3.2 Menerapkan Makhraj serta Sifat Huruf

  • Halaman 27-31: Bacaan qolqolah
  • Halaman 35: Huruf bertasdid (dobel)
  • Halaman 39: Al-syamsiyah
  • Halaman 51: Al-jalalah (tipis, tebal)

Jilid Empat

4.1 Bacaan Dengung

  • Halaman 1: Nun & mim yang ditasdid
  • Halaman 13: Nun mati dan tanwin bertemu huruf ikhfa’
  • Halaman 19-21: Bacaan idgham bighunnah
  • Halaman 23: Nun mati dan tanwin bertemu huruf ba’ (iqlab)
  • Halaman 25: Mim mati bertemu huruf ba’
  • Halaman 27: Mim mati bertemu huruf mim

4.2 Tidak Boleh Dibaca Dengung (Harus Dibaca Jelas)

  • Halaman 29: Nun mati dan tanwin bertemu huruf lam
  • Halaman 31: Nun mati dan tanwin bertemu huruf ro’
  • Halaman 33-35: Nun mati dan tanwin bertemu dengan huruf idzhar

4.3 Bacaan Mad

  • - Halaman 37: Panjang lima ketukan (2,5 alif)

4.4 Tanda Waqaf (Berhenti)

  • Halaman 47: Harus berhenti
  • Halaman 49: Berhenti di salah satu titik (mu’anaqoh)

3. Mengapa Tartili Menjadi Judul dalam Pembelajaran Ini?

Judul "Tartili" diambil karena sesuai dengan maknanya, yaitu cara membaca Al-Qur'an yang paling baik adalah dengan cara tartil. Hal ini sesuai dengan firman Allah: "ورتل القران ترتيلا" 📜.

4. Siapakah yang Mengembangkan Metode Ini?

Metode Tartili diciptakan oleh Alhafidz Ustadz Syamsul Arifin, pengasuh Pondok Pesantren Darul Hidayah di Kesilir, Wuluhan, Jember, Jawa Timur. Beliau sebelumnya pernah menjadi koordinator metode Qira’ati untuk wilayah Jawa dan Bali. Pada pertengahan tahun 2000, beliau mengembangkan metode sendiri yang dinamakan “Metode Belajar Al-Qur’an Tartili” 📚.

5. Dari Manakah Asal Metode Ini?

Gagasan metode ini muncul dari pemikiran Ustadz Syamsul Arifin sendiri, didorong oleh keinginan teman-teman seperjuangan untuk menciptakan metode pembelajaran Al-Qur'an yang lebih efektif ✨.

 

Baca Juga: Gap Year With Quran (1 Tahun Mutqin 30 Juz)

 

6. Latar Belakang Diciptakannya Metode Tartili

Internal

Sebelum metode Tartili ada, beberapa metode lain seperti Iqro’, Qira’ati, Dirosati, Tartila, dan Yanbu’a telah digunakan untuk belajar Al-Qur'an. Namun, metode-metode tersebut dianggap kurang efisien, menjenuhkan, dan memakan waktu lama ⏳. Hal ini mendorong beliau menciptakan metode yang lebih efektif.

Eksternal

Ustadz Syamsul Arifin adalah pengembang metode Qira’ati di wilayah Jawa dan Bali. Namun, karena penulis metode Qira’ati berada di Semarang, Jawa Tengah, sementara beliau tinggal di Jember, Jawa Timur, terjadi kesulitan dalam mengakses kitab Qira’ati. Oleh karena itu, beliau menciptakan Metode Tartili untuk mengatasi masalah ini 📖.

7. Sejauh Manakah Perkembangan Metode Tartili Saat Ini?

Sejak pertama kali diperkenalkan pada pertengahan tahun 2000, metode Tartili telah berkembang pesat. Lebih dari 850 Lembaga Pendidikan Al-Qur'an telah menggunakan metode ini, terutama di wilayah Jawa Timur, Kudus, Semarang, Jakarta, dan Bali. Baru-baru ini, metode Tartili juga berkembang di wilayah Sumatra, khususnya di daerah Lampung dan Bengkulu 📈.

8. Kepada Siapakah Metode Tartili Dapat Diajarkan?

Metode Tartili bisa diajarkan kepada siapa saja tanpa batasan usia. Mulai dari:

  • Anak usia 4-5 tahun (PAUD/TK) 👶
  • Usia 6-12 tahun (SD/MI) 🧒
  • Usia 13-15 tahun (SMP/MTs) 🧑‍🤝‍🧑
  • Usia 16-18 tahun (SMA/MA) 👨‍🎓
  • Mahasiswa (Jakarta & Malang) 🎓
  • Masyarakat umum, termasuk Ibu-ibu yang belum bisa membaca Al-Qur'an 📖.

9. Terdiri dari Berapa Jilid Metode Ini dan Apa Penekanannya?

Metode Tartili terdiri dari 4 jilid, dengan penekanan berbeda pada setiap jilidnya:

Jilid Satu

  1. Pengenalan huruf hijaiyah (28 huruf)
  2. Kharokat: Fathah, kasrah, dlomah
  3. Fokus pada kecepatan membaca

Jilid Dua

  1. Panjang pendek (mad tabi’i, dua ketukan)
  2. Huruf sambung
  3. Kharokat tanwin: Fathah, kasrah, dlomah
  4. Kesalahan dalam membaca huruf harus dihindari

Jilid Tiga

  1. Penekanan pada makhraj dan sifat huruf
  2. Huruf sukun (mati)
  3. Harus lancar dalam panjang pendek dan tidak boleh salah huruf

Jilid Empat

  1. Bacaan dengung (hunnah, ikhfa’, iqlab)
  2. Tanda waqaf (berhenti)
  3. Panjang lima ketukan (mad wajib)
  4. Membaca sesuai kaidah tajwid Al-Qur’an yang benar.

 

Baca Juga: Healing With Quran (1 Bulan Membersamai Al Quran)

 

10. Mulai Tahun Berapakah Metode Ini Dimulai?

Metode Tartili dimulai pada tahun 2000 M 📅.

11. Apa Keunggulan dan Kelemahan Metode Tartili?

Keunggulan

  • Terdiri dari 4 jilid dengan masing-masing 55 halaman, sehingga tidak terlalu memakan waktu ⏱️.
  • Waktu pembelajaran relatif singkat, sekitar 7,5 bulan.
  • Dapat diajarkan kepada siapa saja, tanpa batas usia.
  • Menggunakan sistem klasikal baca simak, sehingga siswa lebih mudah memahami dan menghafal karena diulang-ulang bersama satu kelas.
  • Tidak membutuhkan banyak guru; satu guru bisa mengajar hingga tujuh kelas sekaligus 👨‍🏫.

Kelemahan

  • Anak dengan daya pikir lemah mungkin akan kesulitan memahami pelajaran.
  • Anak yang sering tidak hadir akan tertinggal karena satu kelas mempelajari halaman yang sama 📉.

12. Apa Upaya yang Dilakukan untuk Mengembangkan Metode Tartili?

Untuk mengembangkan metode ini, dilakukan berbagai kegiatan sosialisasi dan penyuluhan kepada lembaga-lembaga yang terkait dengan pengajaran Al-Qur'an. Beberapa di antaranya melalui:

  • Penataran 📚
  • Diklat 🎓
  • Pembinaan 🧑‍🏫
  • Workshop bagi guru/ustadz calon pengajar Al-Qur'an.

13. Bagaimana Metode Pembelajaran Tartili Secara Umum?

Metode Tartili adalah cara belajar membaca Al-Qur’an dengan cepat, dalam bentuk kelompok (kelas). Sistemnya menggunakan klasikal baca simak, di mana satu orang membaca dan yang lain menirukan. Dengan metode ini, tidak terlalu membutuhkan banyak guru atau ustadz, karena satu guru bisa mengajar beberapa kelas sekaligus.

14. Apakah Ada Buku yang Digunakan dalam Pembelajaran Metode Tartili?

Secara khusus, tidak ada buku yang dibuat khusus untuk metode Tartili. Namun, pengajar biasanya mempertimbangkan buku-buku metode terdahulu yang pernah digunakan oleh pengarang metode ini sebelumnya 📖.

15. Apakah Ada Pengakuan Resmi tentang Metode Ini?

Ya, metode Tartili telah diakui oleh LP MA’ARIF NU wilayah Jawa Timur sebagai metode yang sah dalam pengajaran Al-Qur'an ✨.

 

 

Rujukan: Syaiful Rohman (13 April 2013).

 

 

Generasi Tarbiyah Qurani (Genta Qurani), adalah yayasan yang menaungi Pesantren Daarul Mutqin, Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kurikulum kami berfokus pada hafalan (tahfidz) Al Quran dengan beragam program yang ditawarkan untuk berbagai kalangan dan tingkatan usia.

 

 

Ditulis pada Diterbitkan pada Sains dan Pendidikan.