Mengenal Metode Sabak, Sabki, Manzil Untuk Menghafal Al-Qur’an
Program tahfidz memiliki karakteristik yang berbeda dari mata pelajaran keagamaan lainnya yang umum diajarkan di sekolah agama. Di dalam program tahfidz, kitab yang akan dipelajari sepanjang waktu, bahkan sampai akhir hayat, adalah Alquran—kitab suci yang tidak pernah membosankan dan hanya bisa dibaca oleh orang yang dalam keadaan suci. Anak-anak yang tumbuh besar dalam naungan Alquran diyakini tidak akan menjadi perusak, sebab ketika mereka menjaganya saat kecil, maka ketika dewasa pun mereka akan terus menjaganya.
Selain mempelajari Alquran, santri tahfidz juga disarankan untuk memiliki Alquran terjemahan atau terjemah per kata serta kitab tafsir. Kitab tafsir yang dianjurkan adalah Tafsir Jalalain, yang memiliki kelebihan berupa kesederhanaan, tidak terlalu ringkas namun juga tidak bertele-tele.
DAFTAR ISI
Metode Pembelajaran Tahfidz: Sabak, Sabki, dan Manzil
Talaqqi
Talaqqi adalah metode pembelajaran di mana siswa memperbaiki dan meluruskan bacaan Alquran mereka sesuai dengan aturan tajwid. Proses talaqqi dilakukan pada sejumlah ayat yang akan dihafalkan pada hari itu. Biasanya, guru akan memperdengarkan bacaan tersebut pada waktu tertentu sebelum siswa mulai menghafal. Selanjutnya, siswa akan mendengarkan bacaan dari guru dan kemudian memperdengarkan kembali kepada gurunya, atau guru akan mendengarkan bacaan siswa dan memperbaikinya jika ada kesalahan.
Pada tahap tertentu, jika guru merasa puas dengan pencapaian siswa, proses talaqqi akan dihentikan. Pembenahan bacaan akan dipindahkan ke sesi tasmi’, yaitu ketika siswa menyetorkan hafalan (sabak) kepada gurunya.
Baca Juga: Gap Year With Quran (1 Tahun Mutqin 30 Juz)
Sabak
Sabak merujuk pada hafalan baru yang harus disetorkan siswa setiap hari kepada guru tahfidz. Istilah lain untuk sabak adalah "setoran". Jumlah hafalan baru yang harus disetorkan tergantung pada kemampuan dan kesungguhan siswa.
Waktu yang disarankan untuk menambah hafalan sabak berkisar antara 45 menit hingga satu jam. Beberapa siswa mungkin terlalu semangat dan ingin menghafal banyak dalam sehari, tetapi waktu yang mereka alokasikan terlalu sedikit. Menghafal banyak dalam waktu singkat dapat melemahkan hafalan karena kurangnya waktu untuk mengulanginya.
Metode yang baik adalah setelah 45 menit menghafal dan telah disimak serta disetujui oleh guru, siswa harus mengulang hafalannya hingga 40 kali, atau jika memungkinkan, 60 hingga 100 kali, sebelum melanjutkan ke tahap Sabki.
Setelah berhasil menghafal tanpa melihat, siswa memperdengarkan hafalannya kepada teman untuk diperiksa. Setelah itu, mereka menyetorkannya kepada guru untuk diperiksa lebih lanjut. Jika hafalan belum sempurna, siswa harus memperbaiki hafalannya hingga guru benar-benar merasa puas.
Sabki
Sabki adalah proses mengulang hafalan pada juz-juz yang sedang dipelajari. Metode ini sering kali belum dikenal luas oleh beberapa santri, tetapi sangat penting. Sebagai contoh, jika siswa sedang menghafal juz 5 halaman 8, maka halaman 1 hingga 7 juga harus diulang sebagai bagian dari Sabki.
Manzil
Manzil, atau yang dikenal juga sebagai muraja'ah, adalah proses mengulang juz-juz yang sudah dihafal sebelumnya. Misalnya, jika siswa sedang menghafal juz 5, maka juz 1 hingga 4 disebut Manzil.
Perbedaan antara Sabki dan Manzil terletak pada status hafalan. Sabki adalah hafalan yang belum sempurna atau belum mencapai satu juz penuh, sedangkan Manzil mencakup seluruh hafalan yang sudah sempurna dan ditambah dengan hafalan baru yang sedang dihafal. Semua ini disetorkan kepada guru sesuai dengan jadwal harian santri.
Memahami Pentingnya Sabak, Sabki, dan Manzil
Bagi seorang penghafal Al-Quran, ketiga sistem ini adalah hal yang wajib dilalui. Sangat penting bagi penghafal pemula untuk memahami secara mendalam manfaat dari setiap metode ini dalam menjaga kualitas hafalan mereka.
Pentingnya Sabak
Sabak merupakan perkara asas bagi semua penghafal Al-Quran. Jika tidak ada hafazan baru, bagaimana bisa menamatkan hafalan 30 juz. Perbedaannya cuma dalam hal cepat atau lambat, banyak atau sedikit dan rajin atau malas.
Bagi kami, kadar yang paling baik adalah sederhana atau pertengahan. Jangan terlalu bergairah untuk cepat selesai dan setor hafalan dengan begitu banyak. Jangan pula terlalu lambat atau ‘takut’ dengan setor hafalan ‘ala kadarnya’ saja.
Manusia sebenarnya diciptakan dengan sifatnya yang selalu menyukai hal baru. Selalu ingin sesuatu yang baru dan mudah bosan dengan yang lama. Ini wajar dan sifat ini seringkali mendorong seorang penghafal Al-Quran untuk menambah dan menyetor hafalan baru sebanyak mungkin. kami tidak bilang itu jelek. Mungkin itu menjadi satu fenomena bersifat positif dan membina. Tetapi kami tekankan, itu akan menjadi sangat negafit jika penghafal Al-Quran itu mulai mengabaikan murajaah dan hanya bersemangat mengejar hafalan baru. Hasilnya? Semakin banyak yang dihafal semakin banyak pula yang dia lupa.
Baca Juga: Gap Year With Quran (1 Tahun Mutqin 30 Juz)
Pentingnya Sabki
Sabki menjadi komponen dalam menghafal yang sangat jarang dipraktikkan dan kerap diabaikan oleh sejumlah penghafal Al-Quran. Di antara faktornya adalah: tidak tahu apa itu Sabki, merasa Sabki tidak penting dan menyamakan Sabki dengan manzil atau muraja’ah.
Secara peribadi kami nyatakan, Sabki sangat-sangat penting dan WAJIB dipraktekkan oleh para penghafal Al-Quran. Sabki TIDAK SAMA dengan muraja’ah. Di antara faktor kenapa anda gagal mengulang hafalan dengan baik adalah disebabkan anda tidak memperhatikan masalah Sabki. Jujur kami dulu ketika awal mula menghafal tidak menggunakan sistem ini dan baru kami memberi perhatian selepas tamat menghafal Al-Quran, dan Alhamdulillah dengan mempraktikkan sistem Sabki ini hafalan kami menjadi lebih kuat dari yang sebelumnya.
Coba sekarang kami ajak anda untuk berfikir sejenak. Anda biasa menghafal hafalan baru pada waktu malam sebanyak satu halaman, dua halaman atau lebih. Biasanya habis maghrib anda akan fokus untuk menghafal dan sebelum tidur anda telah mendapat target yang anda inginkan. Kemudian hafalan tersebut akan di ‘kemas’ lagi secara rapi setelah subuh sampai ketika masuk kelas pagi untuk ‘setoran’ dan hafalan anda sudah siap disetorkan. Maka perkara pertama bila anda menghadap guru tahfidz di waktu pagi adalah untuk setor hafalan baru.
Baik, perhatikan pada ingatan anda waktu itu. Hanya hafalan baru yang menguasai ingatan. Pasti sebelum masuk setoran, ‘nampak’ susunan ayat-ayat dalam kepala lalu anda setorkan hafalan dengan lancar. Apakah selepas setoran semuanya berakhir? Jawapannya TIDAK. Tetapi kesalahan yang sering anda lakukan adalah menjawab YA. Semuanya berakhir setelah setoran.
Kenapa? Karena anda tidak perlu setoran Sabki kepada guru anda. Anda tidak mempunyai ‘paksaan’ untuk itu. Anda akan kembali ke tempat duduk, kemudian mulai mengulangi muraja’ah. Sadarkah anda, jika habis Dhuhur atau Ashar nanti anda diminta membacakan ayat-ayat yang telah anda setorkan dengan baik dan lancar pagi tadi, kami jamin anda TIDAK AKAN dapat membacanya bahkan mengingatinya dengan baik? Semuanya bertaburan dan ‘tak kelihatan’. Sudah kami sebutkan sebabnya tadi yaitu kosong dari Sabki.
Otak manusia itu terbagi menjadi tiga bagian: Bagian depan, tengah dan belakang. Kenapa waktu pagi anda bisa setor hafalan dengan baik tetapi malamnya apa yang anda setorkan pagi tadi sudah kelupaan? Karena hafalan pagi tadi hanya berada dibagian depan otak, bukan masuk ke tengah apalagi sampai jauh ke belakang. Boleh dikata, hanya “bermain-main di depan pintu masuk”. Lalu bagaimana membuat hafalan baru itu dapat masuk ke belakang atau sekurang-kurangnya ke tengah?
Caranya adalah, habis setoran hafalan baru ( satu halaman, dua halaman atau lebih ) anda kembali ke tempat duduk, ulang kembali hafalan tersebut dan gabungkan dengan setoran anda yang semalam, kemarin sampai ke awal juz. Perhatikan; misalnya anda baru saja setor hafalan baru di halaman ke-12 juz 6, maka anda mesti mengulang kembali 12 halaman juz 6 itu, dan lebih baik lagi kalau bisa anda setorkan dan disimak oleh ustadz tahfidz anda. kami berani katakan bahwa, SABQI LEBIH SUSAH UNTUK DIULANG DARIPADA MURAJA’AH. Maka hati-hati dan tolong berikan perhatian sewajarnya pada Sabki anda.
Baca Juga: Healing With Quran (1 Bulan Membersamai Al Quran)
Pentingnya Manzil
Manzil atau muraja’ah adalah sistem yang sudah umum dikenal dan diterapkan secara konsisten di kebanyakan Ma’had Tahfidz. Mayoritas penghafal Al-Quran memahami betul pentingnya manzil untuk menjaga hafalan mereka tetap kuat.
Bagi Anda yang melakukan muraja’ah bersama guru tahfidz, Anda patut bersyukur meskipun terkadang mungkin merasa tertekan. Tantangan lebih besar sering dialami oleh mereka yang melakukan muraja’ah secara mandiri, tanpa bimbingan teman atau ustadz.
Situasi ini banyak terjadi di beberapa pesantren tahfidz yang tidak menerapkan sistem muraja’ah yang ketat, atau pada penghafal Al-Quran yang sudah khatam namun sulit mendisiplinkan diri untuk mengulang seluruh juz yang sudah dihafal. Rasa malas dan bosan sering kali menjadi penghalang, membuat mereka mengabaikan hafalan lama dan sibuk dengan kegiatan lain.
Nasihat kami, tetapkan jadwal muraja’ah yang konsisten untuk diri sendiri, dan disiplinkan diri Anda mengikuti jadwal tersebut. Walaupun rasa malas melanda, pastikan Anda mengulang setidaknya setengah juz dengan baik dan benar-benar diingat. Anda pasti paham betapa pentingnya menjaga muraja’ah untuk keberlangsungan hafalan.
Kami tekankan, lebih baik tak lancar daripada tak ingat. Jika hafalan Anda tidak lancar tetapi Anda konsisten melakukan muraja’ah, itu jauh lebih baik daripada tidak melakukan muraja’ah sama sekali hingga akhirnya hafalan Anda terlupakan.
Pernah ada seseorang yang mengeluh kepada kami tentang kesulitan dalam muraja’ah. Kami menyarankan untuk tetap bersabar dan terus mengulang hafalan secara konsisten. Biasanya, masalahnya bukan "tidak ingat" tetapi "tidak lancar". Namun, jika Anda sudah mulai "tidak ingat" hafalan terdahulu, itu tanda bahaya. Sebaiknya Anda mempertimbangkan untuk mengulang hafalan dari awal dengan metode yang lebih terstruktur.
Dengan tekad, disiplin, serta penerapan sistem Sabak, Sabki, dan Manzil, insya Allah hafalan Anda akan semakin kuat, lebih mudah diingat, dan lebih lancar.
Sumber: Jumal Ahmad (22 September 2013).
Generasi Tarbiyah Qurani (Genta Qurani), adalah yayasan yang menaungi Pesantren Daarul Mutqin, Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kurikulum kami berfokus pada hafalan (tahfidz) Al Quran dengan beragam program yang ditawarkan untuk berbagai kalangan dan tingkatan usia.