Skip to main content

Nama-Nama Kitab Tafsir Klasik di Indonesia Karya Ulama Nusantara

🌟 Tahukah Kamu? Di Nusantara, beberapa ulama telah menorehkan sejarah besar dengan menulis kitab tafsir al-Quran yang luar biasa. Karya-karya tafsir ini tidak hanya menandai perkembangan ilmu agama di kawasan ini, tetapi juga menjadi warisan intelektual yang tetap relevan hingga kini.

 

Baca Juga: Pesantren Tahfidz Untuk Usia SMP/SMA Program 3 Tahun Mutqin 30 Juz

 

DAFTAR ISI

Para Ulama Tafsir Klasik Terkenal Di Nusantara

Penulisan kitab tafsir al-Quran oleh ulama Nusantara telah dimulai sejak pertengahan abad ke-17 Masehi dan terus berkembang dari generasi ke generasi. Yuk, kita simak lebih lanjut beberapa di antaranya!

📜 Syaikh Abdur Rauf al-Fanshuri as-Singkili

Nama ulama Nusantara pertama yang menulis kitab tafsir al-Quran pada abad ke-17 adalah Syaikh Abdur Rauf al-Fanshuri as-Singkili , seorang ulama besar yang berasal dari Singkil, Aceh. Beliau dikenal karena kontribusinya dalam pengembangan keilmuan Islam di Nusantara, terutama dalam bidang tasawuf dan tafsir al-Quran. Pada awal karier keilmuannya, Syaikh Abdur Rauf menimba ilmu di kampung halamannya sebelum melanjutkan pendidikan ke pusat-pusat studi Islam di luar negeri, termasuk di kota Madinah al-Munawarah.

Setelah menempuh perjalanan panjang dalam menimba ilmu, beliau kembali ke Nusantara dan mulai menyebarkan paham Tarekat Syattariyah , salah satu tarekat yang berkembang pesat di wilayah ini pada masa itu. Syaikh Abdur Rauf wafat pada tahun 1693 Masehi , meninggalkan warisan keilmuan yang sangat berharga, salah satunya adalah kitab tafsir al-Quran yang berjudul Turjuman al-Mustafid . Karya ini ditulis dalam bahasa Melayu, yang pada saat itu merupakan bahasa pengantar di banyak wilayah Nusantara.

Kitab tafsir Turjuman al-Mustafid merupakan hasil adaptasi dari beberapa kitab tafsir terkenal yang digunakan sebagai referensi utama, seperti Tafsir Jalalain , Tafsir Al-Baidhawi , dan Tafsir Al-Khazin . Secara garis besar, kitab ini banyak diserap dari tafsir Al-Baidhawi , namun tetap membawa nuansa lokal yang disesuaikan dengan konteks masyarakat Melayu pada saat itu. (Sumber: *Kitab Kuning: Books In Arabic Script Used In The Pesantren Milieu*, Martin Van Bruinessen, hlm. 29)

 

Baca Juga: Gap Year With Quran (1 Tahun Mutqin 30 Juz)

 

🕌 Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi

Perjalanan penulisan tafsir al-Quran di Nusantara berlanjut ke abad ke-19 dengan munculnya ulama besar lainnya, yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani al-Jawi . Nama lengkap beliau adalah Abu Abdil Mu’thi Muhammad Nawawi at-Tanari al-Bantani al-Jawi , seorang ulama kelahiran Banten pada tahun 1813 Masehi. Syaikh Nawawi memiliki peran besar dalam perkembangan keilmuan Islam di Nusantara, khususnya dalam bidang tafsir, fikih, dan tasawuf. Beliau wafat pada tahun 1897 Masehi di usia 84 tahun, meninggalkan jejak yang sangat mendalam di dunia Islam Nusantara.

Karya tafsir yang ditulis oleh Syaikh Nawawi berjudul At-Tafsir al-Munir li Ma’alim at-Tanzil , yang pada versi pertamanya dikenal dengan judul Marah Labid li Kasyfi Ma’na Quran Majid . Kitab ini selesai ditulis pada malam Rabu, 5 Rabiul Awal 1305 Hijriyah, menandai kontribusi besar Syaikh Nawawi dalam bidang tafsir. Kitab ini merujuk pada beberapa kitab tafsir besar lainnya seperti Al-Futuhat al-Ilahiyah , Mafatih al-Ghaib , As-Siraj al-Munir , Tanwir al-Miqbas , dan Tafsir Abi Sa’ud . Karya ini tidak hanya menjadi rujukan penting di Nusantara, tetapi juga di banyak negara Muslim lainnya. (Referensi: Marah Labid li Kasyfi Ma’na Quran Majid, Syaikh Nawawi al-Bantani, 1/5)

📚 Syaikh Muhammad Shalih Darat as-Samarani

Sosok ulama lainnya yang juga memberikan kontribusi besar dalam penulisan tafsir al-Quran di Nusantara adalah Syaikh Muhammad Shalih Darat as-Samarani . Beliau lahir di Kedung Cumpleng, Jepara, pada tahun 1820 Masehi dan wafat pada tahun 1903 Masehi. Syaikh Muhammad Shalih Darat adalah seorang ulama yang sangat dihormati di wilayahnya dan dikenal sebagai guru dari tokoh-tokoh besar seperti Kyai Hasyim Asy’ari (pendiri Nahdlatul Ulama), Kyai Mahfudz at-Tarmasi , dan Kyai Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah).

Kitab tafsir karya Syaikh Muhammad Shalih Darat berjudul Faidhu ar-Rahman , yang ditulis dalam bahasa Jawa dengan aksara Arab atau yang lebih dikenal dengan istilah Arab Pegon . Gaya penulisan ini sangat unik, karena tafsir tersebut menggunakan bahasa Jawa tetapi dengan tulisan Arab, yang pada saat itu banyak digunakan di pesantren-pesantren Nusantara. Kitab Faidhu ar-Rahman bahkan dinobatkan sebagai kitab tafsir pertama di Nusantara yang ditulis dengan gaya Arab Pegon.

Naskah pertama dari kitab ini memiliki nilai sejarah tersendiri, karena diberikan kepada Raden Ajeng Kartini, salah satu murid beliau yang terkenal sebagai tokoh perjuangan emansipasi wanita di Indonesia. (Referensi: Ensiklopedi Ulama Nusantara, H. M. Bibit Suprapto, hlm. 597-598)

 

Baca Juga: Healing With Quran (1 Bulan Membersamai Al Quran)

 

📖 Ulama-Ulama Nusantara Lainnya

Selain ketiga ulama yang telah disebutkan di atas, masih ada beberapa ulama Nusantara lainnya yang juga menulis kitab tafsir al-Quran. Berikut beberapa di antaranya:

  • Tafsir Al-Furqan dan Tafsir al-Quran al-Karim karya Syaikh Ahmad Hasan Bandung (1928 M)
  • Tafsir al-Quran karya Mahmud Yunus (1935 M)
  • Tafsir an-Nuur dan Tafsir al-Bayan karya Hasbi ash-Shidqi (1956 M)
  • Tafsir al-Quran al-Karim  karya Ustadz Halim Hasan  (1955 M)
  • Al-Ibriz li Ma’rifati al-Quran  karya Kyai Bishri Musthafa  (1960 M)
  • Tafsir Raudhatul Irfan fi Ma’rifati al-Quran  karya Ahmad Sanusi
  • Tafsir al-Azhar  karya HAMKA  (Abdul Malik Abdul Karim Amrullah)

Kitab-kitab tafsir ini menunjukkan betapa kaya dan beragamnya khazanah keilmuan Islam di Nusantara. Ulama-ulama Nusantara, dengan segala keterbatasan mereka, tetap mampu menghasilkan karya-karya besar yang hingga kini menjadi referensi penting dalam studi tafsir al-Quran di Indonesia.

Kesimpulan

Sejak abad ke-17, ulama Nusantara telah menghasilkan sejumlah kitab tafsir al-Quran yang berpengaruh, seperti:

  • Turjuman al-Mustafid karya Syaikh Abdur Rauf as-Singkili,
  • At-Tafsir al-Munir oleh Syaikh Nawawi al-Bantani,
  • dan Faidhu ar-Rahman karya Syaikh Muhammad Shalih Darat

Warisan ini menunjukkan peran penting ulama Nusantara dalam pengembangan studi tafsir, menyesuaikan ajaran Islam dengan konteks lokal dan bahasa yang dipahami masyarakat.

 

 

Generasi Tarbiyah Qurani (Genta Qurani), adalah yayasan yang menaungi Pesantren Daarul Mutqin, Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kurikulum kami berfokus pada hafalan (tahfidz) Al Quran dengan beragam program yang ditawarkan untuk berbagai kalangan dan tingkatan usia.

 

Ditulis pada Diterbitkan pada Sains dan Pendidikan.