
Belajar Sepanjang Hayat: Kunci Kedewasaan dan Spiritual
Belajar Sepanjang Hayat: Kunci Kedewasaan, Emosi Stabil, dan Kematangan Spiritual
DAFTAR ISI
- Tuntutan Ilmu Sepanjang Hidup: Perintah Langsung dari Allah
- Ilmu yang Berkah: Semakin Tahu, Semakin Rendah Hati
- Kematangan Emosi: Bukan Bawaan Lahir, Tapi Bisa Dilatih
- Lembutnya Orang Tua, Dasar Terbentuknya Akhlak Anak
- Kematangan Spiritual: Tidak Bisa Dicapai Tanpa Ilmu
- Pilih Lingkungan yang Mendukung Perubahan Positif
- Penutup: Jangan Pernah Lelah Belajar
- Bekali Buah Hati Dengan Bekal Belajar Terbaik
Usia seseorang memang bertambah seiring berjalannya waktu. Namun, bertambahnya angka usia tidak serta-merta menjadikan seseorang lebih dewasa, stabil secara emosional, atau matang secara spiritual. Ternyata, kedewasaan dan kematangan itu bukan hadiah otomatis dari umur, melainkan hasil dari proses belajar yang terus menerus.
Dalam kehidupan ini, kita semua menghadapi tantangan karakter dan sifat pribadi yang terkadang sulit diubah. Namun, bukan berarti perubahan itu mustahil. Dengan komitmen untuk terus menimba ilmu dan meng-upgrade diri, siapa pun bisa tumbuh menjadi pribadi yang lebih matang dan bijak.
Tuntutan Ilmu Sepanjang Hidup: Perintah Langsung dari Allah
Islam memuliakan ilmu dan menjadikannya sebagai ibadah. Bahkan ada pepatah masyhur yang bersumber dari nilai-nilai Islam, "Tuntutlah ilmu dari buaian hingga ke liang lahat." Ini menunjukkan bahwa kewajiban belajar tidak terbatas waktu. Baik anak-anak, remaja, maupun orang tua tetap memiliki kewajiban untuk belajar.
Jika pendidikan formal hanya berlangsung beberapa tahun saja, maka belajar secara nonformal adalah perjalanan sepanjang usia. Kita bisa terus belajar melalui berbagai cara: membaca buku, menghadiri kajian, mengikuti kursus, bahkan memanfaatkan teknologi seperti YouTube atau media pembelajaran daring lainnya.
Dengan begitu banyak sumber pengetahuan yang tersedia, tidak ada alasan lagi untuk berhenti belajar. Justru, semakin kita menggali ilmu, semakin kita menyadari betapa luasnya ilmu Allah dan betapa terbatasnya pemahaman kita.
Ilmu yang Berkah: Semakin Tahu, Semakin Rendah Hati
Orang yang benar-benar berilmu bukanlah mereka yang merasa lebih tinggi dari yang lain. Ilmu sejati menjadikan kita rendah hati, sebagaimana filosofi padi: "Semakin berisi, semakin merunduk." Sebaliknya, orang yang minim ilmu sering kali justru paling ribut, seperti ungkapan "Tong kosong nyaring bunyinya."
Jika niat kita lurus, mencari ilmu lillahi ta’ala, maka hasil dari proses belajar itu akan terasa dalam bentuk kecintaan yang lebih mendalam kepada Allah SWT. Kita juga akan lebih menghargai sesama, lebih peduli, dan jauh dari sikap arogan atau meremehkan orang lain. Karena ilmu yang penuh keberkahan akan membawa kita lebih dekat kepada Allah, dan menjadikan kita bermanfaat bagi diri sendiri maupun orang lain.
Kematangan Emosi: Bukan Bawaan Lahir, Tapi Bisa Dilatih
Kita sering mendengar alasan seperti, “Saya memang dari dulu emosian,” atau, “Susah diatur, memang watak saya begitu.” Padahal, karakter seperti ini bukan alasan untuk stagnan, karena kematangan emosi bisa ditingkatkan melalui pembelajaran dan latihan.
Salah satu caranya adalah dengan membaca buku-buku psikologi Islam, pengelolaan amarah, atau tentang manajemen diri. Kita juga bisa mengikuti pelatihan atau kelas pengembangan diri yang banyak tersedia, baik secara offline maupun online.
Dengan niat yang kuat dan usaha yang konsisten, kita bisa berubah menjadi pribadi yang lebih tenang, sabar, dan berwibawa. Ini sangat penting terutama bagi para orang tua dan pendidik.
Lembutnya Orang Tua, Dasar Terbentuknya Akhlak Anak
Sebagaimana disampaikan oleh Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam kitabnya yang terkenal, Tarbiyatul Aulad fil Islam, beliau menekankan bahwa:
“Kelembutan dan kasih sayang adalah dasar penanaman dan pembenahan akhlak anak.”
Itu artinya, sebagai orang tua atau pendidik, kita harus terlebih dahulu belajar menata diri. Dengan kelembutan dan kasih sayang, kita bisa menjadi contoh positif bagi anak-anak dan mendidik mereka menjadi generasi Qurani yang berakhlak mulia.
Kematangan Spiritual: Tidak Bisa Dicapai Tanpa Ilmu
Idealnya, semakin bertambah usia, semakin dekat pula hubungan kita dengan Allah SWT. Namun, bila ilmu agama kita mentok pada apa yang dipelajari saat SD atau SMP, maka besar kemungkinan spiritualitas kita juga stagnan.
Tak jarang kita melihat orang yang “semakin tua semakin menjadi”. Jika menjadi dalam kebaikan, tentu ini kabar gembira dan jalan menuju husnul khatimah. Tapi jika menjadi dalam kemaksiatan, maka bisa jadi itu pertanda adzab dari Allah, na’udzubillah min dzalik.
Untuk itu, mengaji ulang ilmu agama adalah langkah penting. Kita bisa belajar tafsir Al-Qur’an, hadis, fikih, serta adab melalui berbagai kanal: buku, kajian daring, komunitas keilmuan, dan sebagainya. Belajar agama bukan hanya memperkaya batin, tetapi juga mengarahkan hidup agar tidak tersesat di tengah derasnya arus zaman.
Pilih Lingkungan yang Mendukung Perubahan Positif
Satu hal penting yang sering terlupakan: teman dan lingkungan sangat menentukan proses pembelajaran dan perubahan diri. Rasulullah SAW bersabda:
“Perumpamaan teman yang baik seperti penjual minyak wangi; meskipun kamu tidak membeli, kamu tetap akan terkena wanginya. Dan perumpamaan teman yang buruk seperti pandai besi; walaupun kamu tidak terbakar, kamu akan terkena asapnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka pilihlah lingkungan yang kondusif: berteman dengan orang-orang yang taat, bergabung dengan komunitas pengajian, atau mengikuti grup pembelajaran daring yang aktif dan positif. Ini akan sangat membantu kita menjaga semangat belajar dan membentuk kepribadian yang lebih matang secara emosional dan spiritual.
Penutup: Jangan Pernah Lelah Belajar
Apa yang ditulis ini bukan hanya pengingat untuk pembaca, tetapi juga refleksi dan reminder untuk penulis sendiri. Di tengah kesibukan dunia yang terus berputar, meluangkan waktu setiap hari untuk belajar—entah membaca buku, mendengar kajian, atau mengikuti pelatihan—adalah investasi terbaik bagi masa depan dunia dan akhirat.
Ilmu adalah cahaya yang akan menerangi langkah kita. Dan belajar sepanjang hayat adalah komitmen seorang Muslim yang ingin menjadi insan mulia, pribadi dewasa, stabil secara emosi, dan matang secara spiritual.
Wallahu a’lam bishawab.
Sumber: Ayun Afifah, S.Pd, Guru SDIT Hidayatullah Yogyakarta (30 Juli 2025)
Bekali Buah Hati Dengan Bekal Belajar Terbaik
...Ilmu adalah cahaya yang menuntun langkah kita dalam setiap fase kehidupan. Dan belajar sepanjang hayat bukan hanya soal memperbaiki diri sendiri, tapi juga tentang mewariskan semangat itu kepada generasi setelah kita—anak-anak kita.
Kita semua ingin yang terbaik untuk mereka. Tidak hanya cerdas secara akademis, tapi juga lembut jiwanya, kuat aqidahnya, dan dekat hatinya pada Al-Qur’an. Di tengah zaman yang bergerak begitu cepat, orang tua yang sadar akan pentingnya pendidikan seimbang tentu akan bertanya:
Bagaimana anak-anak kita bisa tumbuh sebagai pribadi yang matang secara spiritual, kuat hafalannya, namun tetap unggul secara akademik?
Pertanyaan seperti ini bukan sekadar keresahan. Ia adalah tanda kasih sayang dan tanggung jawab. Dan dari sanalah harapan bermula.
Alhamdulillah, kini ada jalan yang mempertemukan cita-cita itu—sebuah tempat yang tak hanya membimbing anak menghafal Al-Qur’an, tapi juga menyiapkan mereka menghadapi masa depan dengan fondasi iman dan ilmu yang kokoh. Sebuah lingkungan yang tenang, terarah, dan penuh kasih untuk mereka tumbuh, belajar, dan menempa diri sebagai insan Qurani.
🌿 Bagi Ayah Bunda yang memiliki putra usia SMP atau SMA, inilah saat yang tepat untuk mulai mempertimbangkan langkah besar dalam hidup mereka: berada dalam lingkungan yang menumbuhkan cinta Al-Qur’an tanpa harus meninggalkan akademik.
Silakan kenali lebih dekat program Santri Tahfidz Al-Qur’an 3 Tahun dari Pesantren Daarul Mutqin Genta Qurani.
Informasi lengkap bisa Ayah Bunda dapatkan di sini:
👉 https://gentaqurani.id/santri-al-quran
📱 WhatsApp: 0812-2650-2573 | 0813-9830-0644
InsyaAllah, ikhtiar terbaik kita hari ini akan menjadi wasilah kemuliaan mereka di dunia dan akhirat.
Wallahu a’lam bishawab. 🤍
Generasi Tarbiyah Qurani (Genta Qurani), adalah yayasan yang menaungi Pesantren Daarul Mutqin, Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kurikulum kami berfokus pada hafalan (tahfidz) Al Quran dengan beragam program yang ditawarkan untuk berbagai kalangan dan tingkatan usia.