Skip to main content
Ilustrasi Haji Di Baitullah

Keterikatan terhadap Hukum Syara' merupakan Konsekuensi Aqidah (2/2)

Pelajari mengapa keimanan tidak cukup hanya di hati! Temukan dalil Al-Quran dan hadits yang menjelaskan kewajiban Muslim taat pada hukum syariat sebagai bukti iman sejati. Lengkap dengan tafsir ulama terpercaya. Bagian kedua dari dua tulisan:

 

DAFTAR ISI

👑 Sumpah Allah: Tidak Beriman Hingga Menjadikan Rasul sebagai Hakim

Allah Swt juga berfirman:

"Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu sebagai hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya"  
[QS al-Nisa 65]  

🎯 Makna Mendalam Ayat Ini

Ayat ini menafikan (meniadakan) iman seseorang yang tidak menjadikan Rasulullah saw sebagai hakim yang memutuskan perkara di antara mereka.

Menjadikan Rasulullah SAW sebagai hakim berarti:

📏 Menjadikan hukum syara' sebagai acuan  
📐 Menjadikan hukum syara' sebagai standar  
🎯 Menjadikan hukum syara' sebagai parameter untuk menilai baik buruknya segala sesuatu

🔍 Alasan Logis

Sebab bertahkim kepada Rasulullah saw berarti juga bertahkim kepada hukum syara'. Pengertian tersebut bisa disimpulkan demikian karena Rasulullah saw tidak memutuskan hukum apapun berdasarkan:

❌ Undang-undang yang berlaku menurut adat dan kebiasaan masyarakat
❌ Mitos nenek moyang mereka

Akan tetapi Rasulullah saw diperintahkan untuk mengadili dan memutuskan mereka dengan hukum syara' semata yang berasal dari Allah Swt.

💯 Syarat Lengkap Keimanan

Yang dituntut oleh ayat di atas bukan hanya menjadikan Rasul saw (hukum syara') sebagai hakim untuk memutuskan perkara-perkara kehidupan, tetapi juga harus:

Menerima keputusan tersebut dengan rela dan tunduk  
Tidak boleh ada sedikit pun keberatan dalam dirinya  


💖 Kecintaan kepada Allah dan Rasul Harus Mengalahkan Segalanya

Di samping itu, keimanan juga harus dibuktikan dengan sikap meletakkan kecintaan kepada Allah Swt dan rasul-Nya, serta kepada syariat yang diwahyukan-Nya di atas kecintaan terhadap lainnya.

🏠 Daftar yang Tidak Boleh Lebih Dicintai dari Allah

Allah Swt berfirman:

"Katakanlah (Nabi Muhammad), 'Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, pasangan-pasanganmu, keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, dan perniagaan yang kamu khawatirkan kerugiannya, serta tempat tinggal yang kamu sukai lebih kamu cintai daripada Allah dan Rasul-Nya dan daripada berjihad di jalan-Nya, tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya.' Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik"  
[QS al-Taubah [9]: 24]  

Hal-hal yang tidak boleh lebih dicintai dari Allah:

1. 👨‍👩‍👧‍👦 Orang tua
2. 👶 Anak-anak
3. 👥 Saudara-saudara
4. 💑 Pasangan
5. 👪 Keluarga
6. 💰 Harta kekayaan
7. 🏪 Perniagaan
8. 🏡 Tempat tinggal

---

🌟 Kesimpulan: Iman dan Amal Shaleh Tidak Terpisahkan

Walhasil dapat disimpulkan bahwa amal shaleh tidak bisa dipisahkan dengan keimanan. Sebab amal shaleh merupakan konsekuensi dari keimanan.

🎯 Prinsip Fundamental

Siapa pun yang mengaku beriman, maka keimanannya harus diwujudkan dalam bentuk amal nyata.  

Tidak sedikit kita jumpai di dalam al-Quran maupun al-Sunnah yang menyebutkan iman dan amal shaleh secara beriringan. Juga, mengkaitkan amal perbuatan dengan keimanan. Seperti firman Allah SWT:

"Dan orang yang beriman dan beramal shaleh, mereka itu penghuni surga; mereka kekal di dalamnya"  
[QS al-Baqarah [2]: 82]  

📖 Ayat-Ayat Lain yang Mengaitkan Aqidah dengan Syariah

Disamping ayat di atas masih banyak ayat lainnya yang mengaitkan antara perkara aqidah dengan syariah, seperti firman Allah Swt dalam:

  • QS al-Bayyinah [98]: 7
  • - QS al-Ashr [102]: 3
  • QS al-Tien [95]: 6
  • QS al-Baqarah [2]: 279
  • Dan masih banyak lagi

📚 Referensi

  1. Ibnu 'Athiyyah, al-Muharrar al-Wajîz, vol. 2, 71
  2. al-Jashshash, Ahkâm al-Qur'âm, vol. 2, 300;
  3. Abu Hayyan al-Andalusi, al-Bahr al-Muhîth, vol. 3, 290
  4. al-Nasafi, Madârik al-Tanzîl, vol 1, 260
  5. Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm, vol. 1, 633;
  6. al-Khazin, Lubâb al-Ta'wîl, vol. 1, 392;
  7. al-Syaukani, Fath al-Qadîr, vol. 2, 608;
  8. al-Wahidi al-Naisaburi, al-Wasîth fî Tafsîr al-Qur'ân al-Majîd, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1994), 72;
  9. al-Jazairi, Aysar al-Tafâsîr, vol. 1 (tt: Nahr al-Khair, tt), 496;
  10. al-Samarqandi, Bahr al-'Ulûm, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1993), 363;
  11. Ibnu Juzyi al-Kalbi, al-Tashîl li 'Ulûm al-Qur'ân, vol. 1 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1995), 196;
  12. al-Sa'di, Taysîr al-Karîm al-Rahmân, vol. 1, 214
  13. al-Qurthubi, al-Jâmi' li Ahkâm al-Qur'ân, vol. 3, 169;
  14. al-Baidhawi, Anwâr al-Tanzîl wa Asrâr al-Ta'wîl, vol. 1, 221;
  15. Ibnu 'Athiyyah, al-Muharrar al-Wajîz, vol. 2, 71;
  16. al-Qasimi, Mahâsin al-Ta'wîl, vol. 3, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1997), 177
  17. al-Jashshash, Ahkâm al-Qur'âm, vol. 2, 300
  18. al-Sa'di, Taysîr al-Karîm al-Rahmân, vol. 1, 214
  19. Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm, vol. 1 (Riyadh: Dar 'Alam al-Kutub, 1997), 633
  20. Ibnu Katsir, Tafsîr al-Qur'ân al-'Azhîm, vol. 2 (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 1999), 305

Wallahu a'lam bishawab 🤲

 

reguler 25 04 17

 

🌱 Menanamkan Kecintaan Al-Quran Sejak Dini: Investasi Terbaik untuk Anak

Setelah memahami betapa pentingnya keterikatan pada hukum syariat sebagai konsekuensi keimanan, sebagai orang tua tentu kita ingin menanamkan nilai-nilai ini kepada buah hati kita sejak usia remaja. Masa SMP dan SMA adalah golden age pembentukan karakter dan spiritual anak.

Pesantren Daarul Mutqin Genta Qurani di Megamendung, Bogor, memahami kekhawatiran para orang tua: bagaimana menyeimbangkan pendidikan spiritual yang mendalam dengan persiapan akademis untuk masa depan anak?

Kami hadir dengan program yang memadukan keduanya:  

📖 Tahun Pertama: Fokus tahfidz Al-Quran (80%) + Diniyyah
🌍 Tahun Kedua: Program bilingual + memperkuat hafalan
🎯 Tahun Ketiga: Skill project + akademis + persiapan kuliah

Dengan pendekatan bertahap ini, anak tidak perlu memilih antara menjadi hafidz Al-Quran atau berprestasi akademis. Keduanya bisa dicapai dengan seimbang.

Bukankah ini yang selama ini kita cari untuk masa depan anak-anak kita?  


Jika Anda ingin mengetahui lebih dalam tentang program ini atau berkonsultasi mengenai pendidikan terbaik untuk putra-putri Anda, kami dengan senang hati siap membantu.

Informasi & Konsultasi:
📱 WhatsApp:  0812-2650-2573 | 0813-9830-0644
🌐 Website:  https://gentaqurani.id/santri-al-quran


 


quran camp 2025 04 19

Generasi Tarbiyah Qurani (Genta Qurani), adalah yayasan yang menaungi Pesantren Daarul Mutqin, Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kurikulum kami berfokus pada hafalan (tahfidz) Al Quran dengan beragam program yang ditawarkan untuk berbagai kalangan dan tingkatan usia.

 

 

Diterbitkan Dikategori Seputar Islam.
Tagar: 2025