
Sejarah Pengumpulan Al-Quran: Dari Wahyu hingga Penyusunan
Al-Quran adalah kitab suci terakhir yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad (SAW) sebagai petunjuk bagi seluruh umat manusia. Keaslian dan kemurnian Al-Quran dijamin langsung oleh Allah SWT, yang menjadikannya sumber inspirasi, bimbingan, dan kebijaksanaan bagi jutaan umat Islam di seluruh dunia.
Untuk memahami betapa pentingnya Kitab Suci ini, kita perlu mengetahui sejarah turunnya wahyu serta proses pengumpulan dan penyusunan Al-Quran. Al-Quran merupakan pondasi utama keimanan, dasar masyarakat Islam, dan sumber hukum syariah yang mengatur kehidupan umat Muslim. Kitab ini adalah mukjizat yang hidup, diturunkan kepada Nabi Muhammad (SAW) secara bertahap selama 23 tahun.
Dalam artikel ini, kita akan membahas aspek-aspek penting Al-Quran, mulai dari proses turunnya wahyu hingga langkah-langkah yang diambil untuk memelihara dan menyusunnya dalam sejarah Islam.
Baca Juga: Pesantren Tahfidz Untuk Usia SMP/SMA Program 3 Tahun Mutqin 30 Juz
DAFTAR ISI
Kedudukan Al-Quran dalam Islam
Sebelum membahas lebih lanjut tentang wahyu dan pemeliharaan Al-Quran, penting bagi kita untuk memahami keutamaan dan martabat Al-Quran. Allah SWT telah menjelaskan dalam Al-Quran tentang sifat ilahiah dan jaminan pemeliharaannya. Firman Allah SWT:
“Dan Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu, sebagai petunjuk, rahmat, dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (TQS. 16:89)
Al-Quran adalah kitab yang penuh dengan petunjuk, rahmat, dan kabar gembira. Sebagai Muslim, kita juga harus meyakini bahwa Al-Quran terbebas dari segala keraguan. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al-Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (TQS. 15:9)
Proses turunnya Al-Quran dimulai pada bulan Ramadan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran:
“Bulan Ramadan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia.” (TQS. 2:185)
Al-Quran tidak diturunkan sekaligus, melainkan secara bertahap dengan ayat-ayat yang turun sedikit demi sedikit. Allah SWT juga menjelaskan hikmah di balik penurunan Al-Quran selama 23 tahun, yaitu untuk memudahkan penyebaran dan pemahaman pesan-Nya kepada umat Islam. Proses ini juga menciptakan hubungan yang terus-menerus antara Allah SWT dan Nabi Muhammad (SAW), memberikan dukungan moral di saat-saat yang dibutuhkan:
“Dan demikianlah Kami meneguhkan hatimu (Muhammad) dengan Al-Quran.” (TQS. 25:106)
Dari sini, kita dapat menyimpulkan bahwa Al-Quran mengandung solusi untuk setiap masalah yang kita hadapi dalam kehidupan.
Baca Juga: Gap Year With Quran (1 Tahun Mutqin 30 Juz)
Proses Penyusunan Al-Quran
Pada awalnya, Al-Quran dihafal oleh para sahabat Nabi (SAW). Namun, seiring waktu, proses pengumpulan dan penulisan Al-Quran dimulai untuk memastikan pemeliharaannya. Penyusunan Al-Quran terjadi dalam beberapa tahap penting dalam sejarah Islam, di mana para pemimpin Muslim memberikan kontribusi besar untuk memastikan keaslian dan keutuhannya. Berikut adalah tahapan-tahapan penyusunan Al-Quran:
Tahap Pertama: Masa Nabi Muhammad (SAW)
Pada masa Nabi Muhammad (SAW), proses penyusunan Al-Quran dimulai. Nabi (SAW) sendiri yang menentukan urutan surah dan ayat, sementara para sahabat menuliskannya di berbagai media seperti kulit binatang, kain, dan kertas. Meskipun demikian, Al-Quran belum dikumpulkan dalam satu buku, melainkan tersebar dalam bentuk tulisan yang terpisah-pisah.
Tahap Kedua: Masa Khalifah Abu Bakar (R.A.)
Setelah wafatnya Nabi Muhammad (SAW), dalam pertempuran Yamama, banyak sahabat yang hafal Al-Quran gugur sebagai syahid. Hal ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan sahabat tentang pemeliharaan Al-Quran. Atas saran Saidina Umar (R.A.), Khalifah Abu Bakar (R.A.) memerintahkan Zaid bin Tsabit (R.A.) untuk mengumpulkan dan menyusun Al-Quran dalam satu buku. Zaid bin Tsabit (R.A.) adalah seorang penghafal Al-Quran yang terpercaya. Dia mengumpulkan ayat-ayat yang tersebar dan memverifikasinya dengan para penghafal lainnya. Setelah proses yang teliti, salinan pertama Al-Quran berhasil disusun dan diserahkan kepada Khalifah Abu Bakar (R.A.).
Baca Juga: Healing With Quran (1 Bulan Membersamai Al Quran)
Tahap Ketiga: Masa Khalifah Utsman (R.A.)
Pada masa Khalifah Utsman (R.A.), muncul perbedaan dalam cara membaca Al-Quran akibat perbedaan dialek di berbagai wilayah Islam. Untuk mengatasi hal ini, Khalifah Utsman (R.A.) meminta salinan Al-Quran yang disusun pada masa Abu Bakar (R.A.) untuk diperbanyak. Dia membentuk sebuah komite yang dipimpin oleh Zaid bin Tsabit (R.A.) untuk memastikan keseragaman teks dan bacaan Al-Quran. Salinan-salinan Al-Quran kemudian dikirim ke berbagai wilayah Islam dengan instruksi bahwa hanya versi inilah yang dianggap sahih. Sejak saat itu, Al-Quran tetap terjaga keasliannya hingga hari ini.
Kesimpulan
Al-Quran telah melalui tiga tahap utama dalam proses pengumpulan dan penyusunannya, yaitu pada masa Nabi Muhammad (SAW), Khalifah Abu Bakar (R.A.), dan Khalifah Utsman (R.A.). Kitab Suci ini adalah mukjizat yang abadi, menjadi pedoman hidup bagi seluruh manusia yang menginginkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Kontribusi para sahabat Nabi (SAW) dalam memelihara dan menyusun Al-Quran sangatlah besar. Semoga Allah SWT menjadikan kita semua sebagai pencinta dan pengamal Al-Quran.
“Sesungguhnya Al-Quran ini memberikan petunjuk kepada jalan yang paling lurus.” (TQS. 17:9)
Dengan memahami sejarah pengumpulan dan penyusunan Al-Quran, kita semakin menghargai keagungan Kitab Suci ini dan berusaha untuk mengamalkan ajaran-ajarannya dalam kehidupan sehari-hari.
Sumber: Ustaz Izwan Ahmad (29 Januari 2018).
Generasi Tarbiyah Qurani (Genta Qurani), adalah yayasan yang menaungi Pesantren Daarul Mutqin, Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kurikulum kami berfokus pada hafalan (tahfidz) Al Quran dengan beragam program yang ditawarkan untuk berbagai kalangan dan tingkatan usia.