Skip to main content

Pembacaan Shahih Al Bukhari, Al Azhar, dan Sultan Abdul Hamid II

Jelajahi tradisi keilmuan di Al Azhar, dari kajian Shahih Al Bukhari hingga peran Sultan Abdul Hamid II. Temukan kisah ulama besar dan kontribusi mereka dalam menjaga warisan hadits.

 

DAFTAR ISI

Cahaya Keilmuan dari Masjid Al Azhar

Di mihrab Dzallah Al Fathimiyah, Masjid Al Azhar, Kairo, sosok tua duduk dikelilingi murid-muridnya. Sorot lampu kuning terang menyorotinya, menonjolkan wajah tenangnya meski pencahayaan ruangan cukup redup. Murid-murid dari berbagai belahan dunia mendengarkan dengan penuh perhatian, mengarahkan pandangan mereka kepada sosok pembicara yang sedang menjelaskan tanpa gangguan suara lain.

Sosok itu adalah Syeikh Ahmad Umar Hasyim, seorang guru besar ilmu hadits di Al Azhar. Beliau membahas Shahih Al Bukhari berdasarkan karya tulisannya sendiri, Faidh Al Bari fi Syarh Shahih Al Bukhari, yang terdiri dari 10 jilid. Kajian rutin ini berlangsung setiap pekan setelah shalat dzuhur, menjadi bagian dari halaqah ilmu di Al Azhar.

 

Baca Juga: Healing With Quran (1 Bulan Membersamai Al Quran)

 

Al Azhar dan Tradisi Kajian Ilmu Hadits

Al Azhar dikenal sebagai pusat ilmu, mencakup berbagai disiplin ilmu sebagaimana disebutkan oleh Al Allamah Syeikh Ahmad Ad Damanhuri dalam karya Al Lathaif An Nuriyah fi Al Minah Ad Damanhuriyah. Beliau mencatat bahwa 30 disiplin ilmu dipelajari di Al Azhar, termasuk perhatian mendalam terhadap hadits dan kitab-kitabnya.

đź’ˇ Shahih Al Bukharimenjadi fokus perhatian para ulama Al Azhar sejak dulu. Langkah ini dilakukan oleh banyak ulama besar, seperti:

  • Syeikh Al Islam Ali As Sha’idi Al Adawi, yang mengkaji dan menjelaskan Shahih Al Bukhari di Masjid Al Azhar selama 10 tahun.
  • Syeikh Hasan Al Idwi Al Himzawi, penulis syarah Shahih Al Bukhari dalam 10 jilid yang diterbitkan oleh Hijr.
  • Syeikh Muhammad Muhammad Abu Syuhbah, yang menyusun At Taufiq Al Bari dalam 15 jilid (belum diterbitkan).
  • Syeikh Zaqiyuddin Abu Qasim, yang menguraikan hadits-hadits yang disepakati Imam Al Bukhari dan Muslim dalam Jami’ Al Bayan fi Syarh Ma Ittafaqa alaihi As Syaikhan (15 jilid).

 

Baca Juga: Gap Year With Quran (1 Tahun Mutqin 30 Juz)

 

Peran Sultan Abdul Hamid II dalam Shahih Al Bukhari

🌟 Cetakan As Sulthaniyah:

Sultan Abdul Hamid II, khalifah Daulah Utsmaniyah, memerintahkan Syeikh Hasunah An Nawawi untuk membentuk tim ahli guna mengkaji manuskrip Shahih Al Bukhari. Dari 31 ulama Al Azhar yang terpilih, mereka menyelesaikan studi ini hingga menghasilkan edisi cetak Shahih Al Bukhari pada tahun 1311 H, yang dikenal sebagai cetakan As Sulthaniyah—dianggap sebagai versi paling valid.

Jejak Ulama dalam Khidmat Shahih Al Bukhari

đź“š Ulama Al Azhar yang terus menjaga tradisi pembacaan Shahih Al Bukhariantara lain:

  1. Syeikh Yusuf Ad Dijwi: Majelisnya dihadiri lebih dari 1.000 penuntut ilmu, seperti dicatat oleh Syeikh Abu Hasan Zaid Al Faruqi dalam Maqamat Khair dan Syeikh Abdul Wasi’ Al Yamani dalam Ad Dur Al Farid Al Jami’ Al Mutafariqat Al Asanid.
  2. Syeikh Salim Al Bisyri, Imam Masjid Al Azhar selama 30 tahun, yang fokus pada kitab hadits, termasuk Shahih Al Bukhari.
  3. Syeikh Muhammad Al Makkawi, yang memberikan catatan khusus terhadap Shahih Al Bukhari Sulthaniyah.
  4. Syeikh Ahmad Mahjub Ar Rifa’i, yang bertahun-tahun membaca dan mengkhatamkan Shahih Al Bukhari.

 

Baca Juga: Healing With Quran (1 Bulan Membersamai Al Quran)

 

Keberlanjutan Tradisi Hingga Era Modern

🌍 Hingga zaman modern, tradisi ini diteruskan oleh Syeikh Ali Jum’ah, yang membacakan Shahih Al Bukhari serta kitab-kitab hadits lainnya. Pada setiap khataman, beliau memberikan ijazah periwayatan kepada para peserta majelis. Tradisi ini bahkan dicatat dalam koran Al Ahram pada 1 Oktober 2005, menunjukkan bahwa Shahih Al Bukhari terus menjadi bagian penting dari perjalanan intelektual Islam.

📖 Dengan kesinambungan ini, Al Azhar tetap menjadi mercusuar keilmuan Islam, menjaga warisan para ulama dan memelihara tradisi ilmu yang tak lekang oleh waktu. 🌟

 

Sumber: Sholah Salim (8 Maret 2015).

 

 

Generasi Tarbiyah Qurani (Genta Qurani), adalah yayasan yang menaungi Pesantren Daarul Mutqin, Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kurikulum kami berfokus pada hafalan (tahfidz) Al Quran dengan beragam program yang ditawarkan untuk berbagai kalangan dan tingkatan usia.

 

Diterbitkan Dikategori Sains dan Pendidikan.