
Inovasi Insinyur Gaza di Tengah Krisis: Ubah Air Laut Jadi Air Minum
Di tengah situasi yang sulit di Jalur Gaza, di mana akses air bersih sangat terbatas akibat kerusakan infrastruktur yang disengaja, seorang insinyur perempuan bernama Inas Al-Ghoul hadir membawa harapan baru.
Al-Ghoul, seorang insinyur pertanian, berhasil menciptakan perangkat desalinasi sederhana untuk mengubah air laut dan air tercemar menjadi air minum. Penemuannya ini menjadi angin segar bagi warga Gaza yang mengalami kesulitan mengakses air bersih akibat serangan Israel yang terus merusak sumber-sumber air utama di wilayah itu. π
Baca Juga: Gap Year With Quran (1 Tahun Mutqin 30 Juz)
DAFTAR ISI
Krisis Air Bersih yang Menghantam Gaza π±
Sejak Oktober, tentara Israel dilaporkan menghancurkan sumur-sumur utama, pabrik desalinasi, dan waduk air di Gaza, sehingga mempersulit masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air minum. Hampir semua fasilitas yang berkaitan dengan air rusak atau hancur, membuat air bersih menjadi barang langka di Jalur Gaza.
Kejadian ini memaksa hampir seluruh keluarga Palestina harus berjuang keras demi mendapatkan air untuk bertahan hidup. Al-Ghoul, yang kini tinggal di zona pengungsian setelah mengungsi dari Kota Khan Yunis, merasakan langsung betapa sulitnya mendapatkan air bersih di tengah konflik ini.
βDari pengungsian saya, saya menyaksikan bagaimana susahnya orang-orang mencari air minum bersih,β ungkap Al-Ghoul. Kondisi ini memicunya untuk menciptakan perangkat yang bisa menyaring air laut menjadi air yang layak minum, guna membantu masyarakat Gaza yang kesulitan.
Teknologi Sederhana dengan Dampak Besar π
Untuk menciptakan perangkat desalinasi tersebut, Al-Ghoul menggunakan bahan-bahan sederhana yang tersedia, seperti kayu, kaca, dan karbon aktif.
Prinsip kerja perangkat ini cukup unik; air laut atau air tercemar ditempatkan dalam kotak kayu yang ditutup kaca, dan menggunakan panas matahari untuk memanaskan air hingga menguap. Uap ini kemudian dikondensasi untuk berubah kembali menjadi air cair, melewati tahap penyaringan karbon aktif, dan akhirnya menghasilkan air yang 100% bersih dan aman diminum. π
Baca Juga: Gap Year With Quran (1 Tahun Mutqin 30 Juz)
Berikut adalah langkah-langkah kerja perangkat desalinasi karya Al-Ghoul:
- Bahan: Kayu, kaca, dan karbon aktif yang tersedia dari bahan daur ulang
- Proses: Air laut dipanaskan oleh energi matahari hingga menguap, uap dikondensasikan kembali, kemudian air yang terbentuk melewati penyaringan karbon aktif
- Keunggulan: Mudah digunakan, ringan, dan portabel sehingga bisa dipindahkan ke berbagai lokasi sesuai kebutuhan
Kesulitan Hidup di Tengah Krisis Air π§
Masyarakat Gaza kini harus berjuang keras untuk bertahan hidup di tengah krisis air bersih. Banyak dari mereka, seperti Abu Mohammed Jumaa, seorang pengungsi yang berasal dari kamp Nuseirat, menyatakan bahwa mendapatkan air bersih kini merupakan keajaiban.
Jumaa menyatakan bahwa akses air minum di zona pengungsian, terutama menjelang perayaan Idul Adha, adalah sesuatu yang tak ternilai harganya. Perangkat sederhana yang diciptakan Al-Ghoul ini menjadi solusi yang sangat membantu, dan Jumaa merasa beruntung bisa menikmati air bersih di tengah kesulitan yang dialami oleh banyak keluarga lainnya.
Kerusakan Infrastruktur Air di Gaza yang Masif ποΈ
Berdasarkan data dari UNRWA, sekitar 67% dari fasilitas dan infrastruktur air di Gaza hancur atau rusak akibat serangan terus-menerus. Sebelum krisis Oktober, hanya 4% dari populasi Gaza yang memiliki akses ke air bersih, dan dengan kondisi saat ini, situasinya menjadi lebih buruk. Ketiadaan bahan bakar dan pemadaman listrik membuat pabrik desalinasi dan sumur-sumur air tidak berfungsi, sehingga semakin memperburuk masalah pasokan air.
Baca Juga: Healing With Quran (1 Bulan Membersamai Al Quran)
Lama Abdel Samad, pakar air dan sanitasi di Oxfam, mengungkapkan, βKita menyaksikan bagaimana Israel menggunakan air sebagai senjata, yang membatasi akses warga Gaza ke kebutuhan dasar mereka. Ini bukan pertama kalinya hal seperti ini terjadi,β ujarnya.
Harapan Baru Bagi Gaza Melalui Inovasi π±
Inas Al-Ghoul berharap bahwa perangkat penyulingannya dapat diterapkan lebih luas di Gaza, terutama di daerah-daerah yang lebih parah terdampak krisis air bersih.
Keberhasilan ini bukan hanya membawa dampak langsung bagi kesehatan masyarakat, tetapi juga memberikan semangat baru bagi para pengungsi di berbagai kamp pengungsian. Al-Ghoul juga berharap dapat mendirikan taman di atap rumahnya dengan memanfaatkan air tawar hasil desalinasi yang dihasilkannya sendiri.
Dengan inovasinya ini, Al-Ghoul menunjukkan bahwa masyarakat Gaza tidak akan pernah menyerah pada kondisi yang ada. Mereka terus berinovasi dan beradaptasi untuk mencari solusi dari tantangan yang ada, membawa secercah harapan bagi masa depan yang lebih baik di tengah konflik.
Sumber: Wafa Aludaini (28 Oktober 2024).
Generasi Tarbiyah Qurani (Genta Qurani), adalah yayasan yang menaungi Pesantren Daarul Mutqin, Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kurikulum kami berfokus pada hafalan (tahfidz) Al Quran dengan beragam program yang ditawarkan untuk berbagai kalangan dan tingkatan usia.