
Mengenal Enam Kitab Hadist Rujukan Muslim Sunni Global: Shahih Bukhari
Islam berdiri tegak di atas dua fondasi utama yang kokoh: Al-Quran dan Sunnah Nabi Muhammad ﷺ. Keotentikan dan keaslian Al-Quran terjamin sejak pertama kali diwahyukan kepada Nabi Muhammad ﷺ hingga akhir zaman nanti. Hal ini bukan sekadar klaim, melainkan jaminan langsung dari Allah SWT.
Bukti nyatanya dapat kita saksikan hingga saat ini, dimana seluruh umat Islam di berbagai penjuru dunia tetap berpegang pada Al-Quran yang sama persis seperti yang diturunkan kepada Rasulullah ﷺ 14 abad yang lalu.
Baca Juga: Pesantren Tahfidz Untuk Usia SMP/SMA Program 3 Tahun Mutqin 30 Juz
Adapun hadits, secara definitif diartikan sebagai segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam, mencakup ucapan, perbuatan, ketetapan, sifat-sifat, maupun riwayat hidup beliau, baik sebelum diangkat menjadi nabi ataupun sesudahnya. Pengertian ini merupakan intisari dari buku "Pengantar Studi Ilmu Hadits".
📚 Rujukan Utama Umat Islam Sunni Sedunia
Dalam khazanah keilmuan Islam, terdapat enam kitab hadits yang mendapat pengakuan luas dari kalangan Muslim di seluruh dunia. Keenam kitab ini sering dijadikan sebagai referensi primer dalam kajian ilmu hadits. Karya-karya monumental tersebut adalah:
1. Shahih Bukhari
2. Shahih Muslim
3. Sunan Abu Daud
4. Sunan al-Tirmidzi
5. Sunan al-Nasa'i
6. Sunan Ibn Majah
🌟 Shahih Bukhari: Mutiara Kumpulan Hadits Terpercaya
Shahih Bukhari sebenarnya merupakan bentuk ringkas dari judul aslinya yang panjang, yaitu "Al-Jami' al-Shahih al-Musnad min Hadisi Rasulillah SAW wa-Sunnanihi wa-Ayyamih".
Kitab fenomenal ini dihimpun oleh seorang ulama besar bernama Abu Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardzibah al-Ja'fi al-Bukhari, yang kemudian lebih dikenal dengan sebutan Imam Bukhari. Beliau dilahirkan di Kota Bukhara, Uzbekistan pada tanggal 21 Juli 810 Masehi.
Perjalanan pendidikan formal Imam Bukhari bermula di kampung halamannya sendiri. Kecerdasannya terlihat sejak dini, terbukti ketika usianya baru menginjak 11 tahun, ia telah berhasil menghafalkan dua kitab hadits karya Ibn al-Mubarak dan Waqi' secara utuh, lengkap dengan berbagai pandangan ulama yang terkandung dalam kedua kitab tersebut.
Baca Juga: Gap Year With Quran (1 Tahun Mutqin 30 Juz)
Pada tahun 210 Hijriah, Imam Bukhari bersama ibu dan saudaranya melaksanakan ibadah haji ke Baitullah di Makkah. Atmosfer keilmuan kota Makkah dengan kehadiran para ulama hadits yang berkompeten begitu memikat hatinya, hingga membuatnya memutuskan untuk menetap dan tidak kembali ke negeri asalnya bersama ibu dan saudaranya.
Di kota suci Makkah inilah Imam Bukhari mulai merintis jalan panjang untuk meneliti dan menyaring hadits-hadits Nabi. Berkat dorongan dan motivasi dari gurunya, Ishaq Rahawaih, beliau akhirnya berhasil mencapai prestasi luar biasa dalam mengumpulkan hadits-hadits sahih dengan menerapkan kriteria seleksi yang sangat ketat dan membutuhkan waktu pengerjaan yang cukup panjang.
Koleksi hadits yang beliau kumpulkan dengan penuh ketelitian inilah yang kemudian mengantarkannya menjadi tokoh ahli hadits paling terkemuka sepanjang masa. Dalam kompilasi kitab sahihnya, Imam Bukhari memasukkan sekitar 9.082 hadits dari total 100.000 hadits yang telah dihafalkannya dan 600.000 hadits yang beredar di tengah masyarakat pada masanya.
Menurut Ibn Hajar al-Asqalani, hadits yang masuk dalam kitab "al-Jami' al-Shahih" itu sebenarnya hanya berjumlah 2.761 saja yang benar-benar murni, sementara sisanya merupakan hadits-hadits yang diulang pencantumannya di beberapa tempat berbeda. Sedangkan menurut pendapat Ibn Shalah, hadits murni dalam kitab tersebut hanya berjumlah 2.602 saja.
Secara umum, para ulama hadits memandang Shahih Bukhari memiliki nilai otentisitas paling tinggi dibandingkan dengan kumpulan kitab-kitab hadits lainnya. Hal ini dikarenakan karakteristik kesahihan dalam Shahih Bukhari lebih sempurna, begitu pula dengan syarat-syarat yang diterapkannya jauh lebih ketat.
Baca Juga: Pesantren Tahfidz Untuk Usia SMP/SMA Program 3 Tahun Mutqin 30 Juz
Menurut Imam Bukhari sendiri, sebuah hadits dapat dikategorikan sebagai sahih jika memenuhi persyaratan-persyaratan berikut:
- Pertama, sanadnya harus bersambung yang mengindikasikan bahwa periwayatan sanadnya tidak terputus di satu titik pun.
- Kedua, setiap perawi dalam rantai sanad tersebut harus memenuhi kriteria paling tinggi dalam hal integritas pribadi, kapasitas keilmuan, dan standar akademis yang mumpuni.
- Ketiga, harus terdapat informasi positif tentang para perawi yang menjelaskan bahwa mereka saling bertemu secara langsung, dan para murid benar-benar belajar langsung dari syekh atau guru haditsnya.
- Keempat, khusus bagi tokoh-tokoh perawi terkemuka seperti Nafi' dan Zuhri misalnya, maka murid-murid yang meriwayatkan dari mereka haruslah tergolong dalam kategori pertama, yaitu mereka yang memiliki intensitas pergaulan yang tinggi dengan guru mereka.
Sistematika lain yang menjadi ciri khas dan menandai keunikan Shahih Bukhari adalah tentang pengaturan kitab dan bab. Dr. Ahmad Amin dan Dr. Ali Hasan Abd Kadir dalam kajian mereka membagi "Jami' al-Shahih" ke dalam 97 kitab dan 3.450 bab.
Sementara itu, dalam catatan sejarah Kirmani dan naskah Sindi, masing-masing hanya mencatat 72 kitab dan 63 kitab. Perbedaan ini muncul karena adanya beberapa bab yang dihitung sebagai kitab atau sebaliknya. Dalam syarah Kirmani, semuanya dihitung sebagai bab, sedangkan dalam naskah Sindi semuanya diklasifikasikan sebagai kitab.
Sumber: Hasanul Rizqa (23 April 2022).
Generasi Tarbiyah Qurani (Genta Qurani), adalah yayasan yang menaungi Pesantren Daarul Mutqin, Megamendung, Puncak, Bogor, Jawa Barat. Kurikulum kami berfokus pada hafalan (tahfidz) Al Quran dengan beragam program yang ditawarkan untuk berbagai kalangan dan tingkatan usia.